Minggu, 05 Maret 2017

Contoh Makalah Seni Budaya

Kali ini saya akan membagikan sebuah contoh makalah. Makalah ini saya buat sendiri untuk tugas Seni Budaya saya. Semoga contoh makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya.





MAKALAH SENI BUDAYA

GAMELAN BALI






























Disusun
oleh:
Kelompok
1
v
Ahmad
Farhan S. (02)
v
Dadang
Januar K. (07)
v
Gilang Ade S. (13)
v
M. Muchtarhudin M. (17)
v
M. Fiki Andrian (18)
v
Septiawan Nur A. (28)



 





Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

    Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ngoro, 3 Maret
2017                                                                               
               


     Penulis










Daftar
Isi

Judul............................................................................................. 1
Kata
Pengantar............................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................... 3
1.     Pendahuluan............................................................................ 4
2.     Pembahasan............................................................................ 5
2.1
Sejarah Gamelan............................................................... 5
2.2
Fungsi Gamelan Di Bali.................................................... 5
2.3
Jenis-Jenis Gamelan di Bali.............................................. 6
     2.3.1 Gamelan Tua
2.3.1.1
Gamelan Gambang........................................... 6
2.3.1.2
Saron................................................................. 6
2.3.1.3 Slonding Besi.................................................... 6
2.3.1.4 Gambelan Gong Luwang.................................. 7
2.3.1.5 Gambelan Angklung......................................... 7
     2.3.2 Gamelan Madya
2.3.2.1
Gamelan Gambuh.............................................. 8
2.3.2.2
Semarpagulingan............................................... 8
2.3.2.3
Pelegongan........................................................ 11
                   2.3.3 Gamelan Baru
2.3.3.1 Pengarjaan........................................................ 11
2.3.3.2 Gong kebyar..................................................... 11
2.3.3.3 Pejangeran........................................................ 12
2.3.3.4 Joged Bung-bung............................................. 12
2.4 Bagian-bagian Gamelan
2.4.1 Ceng-ceng............................................................12
2.4.2 Gangsa………………………………………….13           2.4.3 Gong…………………………………………....         13                  
2.4.4
Kajar
……………………………………………13      2.4.5 Kendang……………………………………......         13
2.4.6 Reyong……………………………………......... 13
2.4.7 Suling……………………………………........... 13
2.4.8 Terompong………………………………........... 13
3.
Penutup
      3.1
Kesimpulan...................................................................... 14
      3.2
Saran................................................................................ 14
4.Daftar
Pustaka........................................................................... 15

PENDAHULUAN

          Di
Bali dalam setiap tari-tarian secara umum selalu menggunakan musik. Musiknya
itu berupa musik modern atau musik tradisional. Dan hampir semua tarian sakral
di Bali menggunakan gamelan. Tidak hanya dalam pertunjukan tari saja menggunakan
gamelan bahkan setiap upacara Yajna gamelan selalu mengiringi jalanannya
upacara. Misalnya upacara Dewa Yajna yaitu menggunakan gamelan Gong. Dan dalam
upacara Pitra Yajna menggunakan Gamelan Angklung dan Gambang. Dan tidak hanya
itu saja peran atau fungsi gamelan di dalam kebudayaan yang ada di Bali.
Gamelan juga dapat di gunakan sebagai hiburan dengan adanya festival gong
kebyar atau yang sejenisnya. Ini juga dapat membantu pariwisata yang ada di
Bali.
          Bali
di tandai dengan kebudayaan Hindu, mempunyai jenis-jenis gamelan (musik) yang
paling tua (sederhana) sampai dengan yang paling baru (modern). Kehidupan
gamelan tidak dapat di pisahkan dengan Agama. Dan perkembangan gamelan di Bali
tidak lepas dari penyebaran Agama Hindu. Dan sampai saat ini ada berjenis-jenis
gamelan yang dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu: Gamelan Tua, Gamelan
Madya dan Gamelan Golongan Baru.
         
Gamelan sudah tidak asing lagi bagi orang Bali. Karena di setiap Desa
masing-masing pasti mempunyai seperangkat Gamelan. Ada yang berupa gamelan yang
di sakralkan yang digamelkan pada saat ada upacara Dewa Yajna saja. Namun yang
mempunyai seperangkat Gong modern  maka
mereka sangat mudah mempelajarinya. Dan mereka 
tahu nama dari masing-masing gamelan itu, jenis gamelannya, dan cara
menabuhkannya atau cara menggunakan masing-masing gamelan itu sesuai dengan
tangga nada masing-masing.
          Dimana
gamelan itu tidak hanya ada di Daerah Bali saja namun terdapat pula di Daerah
lain, seperti: di Daerah Jawa, Madura, dan Lombok.







PEMBAHASAN

2.1        
Sejarah Gamelan
          Di
Bali di temukan sebuah prasasti yang menyebutkan ada istilah musik atau gamelan
yaitu prasasti Bebetin yang antara lain bunyinya:
Pande mas, Pande besi, Pande tembaga, pemukul (juru
tabuh benyi-bunyian), pagending (biduan), pabunjing (penari), papadaha (juru
gepek), pabangsi (juru rebad), partapuka (tapel-topeng), parbwang (wayang)
turun dipanglapuan Singhamandawa (di buat oleh pegawae di Singhamandawa), di
bulan besksha (bulan ke X), hari pasaran Wijaya manggala, tahun caka 818 atau
896 Masehi, yaitu pada pemerintahan raja Ugrasena di Bali
          Dalam
perkembangan-perkembangan sejarah di mana sejak abad ke VIII sampai pada abad
ke XVIII adanya kontak antara Jawa dan Bali yang menyebabkan terbawanya banyak
barang-barang kesenian, khususnya gamelan, kendatipun berupa instrumen yang
terpisah. Bentuk gamelan yang di buat dari besi. Dan berbagai jenis-jenis Gong
yang ada di Bali merupakan instrumen kebudayaan Asia Tenggara yang tergolong
kebudayaan Melayu Kuna. (Bandem I Made, 1986)
         
Berarti gamelan yang ada di bali sudah ada sejak jaman dulu, karena
dengan bukti adanya prasasti Bebetin yang berangka tahun 896 Masehi. Dan
gamelan Bali dipengaruhi pula oleh kebudayaan dari Jawa. Berarti gamelan yang
ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja, namun sudah adannya instrumen-instrumen
gamelan dari Jawa. Makanya gamelan di Bali dengan di Jawa hampir mirip. Hanya
saja nada yang di lantunkan berbeda-beda. Bila di cermati Gamelan di Bali lebih
cepat di Bandingkan Gamelan yang ada di Jawa. 

2.2     Fungsi
Gamelan Di Bali
         
Ada  beberapa fungsi dari gamelan
yang ada di Bali, diantaranya: berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan,
hiburan, presentasi yang artistik, ( Bandem I Made. 1986:46). Dimana gamelan berfungsi
mengiri upacara yaitu gamelan mengiri upacara yang sedang di laksanakan. Dalam
upacara Dewa Yajna  sudah pasti gamelan
yang di pakai itu adalah Gong. Dan gong ini akan mengiringi jalannya pelaksaan
upacara dengan berbagai jenis tetabuhan, dan mengiringi tarian sakral yang di
pentaskan pada saat upacara berlangsung. Dan dalam upacara Pitra Yajna  gamelan yang di gunakan itu adalah Angklung
dan Gambang. Yang mengiri jalannya pelaksanaan upacara tersebut. Pada saat
penguburan, pembakaran atau pada saat pengabenan. Dan fungsi gamelan sebagai
hiburan, yaitu di adakannya pertunjukan gamelan, atau gamelan itu mengiringi
tarian hiburan maka gamelan itu berfungsi sebagai hiburan karena dapat
menghibur masyarakat. Dan sebagai presentasi artistik yaitu dengan mengadakan
lomba-lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam gamelan tabuh. Dan
gamelan juga dapat berfungsi sebagai pengiring sebuah tarian.

2.3     
Jenis-Jenis Gamelan di Bali
          Banyak
jenis gamelan yang di Bali yang di kelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di
golongan yaitu : gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru.
Gamelan Tua, yaitu                  :
Gamelan Gambang, Saron, Selonding Besi,                                                Gong
Luwang , Gamelan Angklung
Gamelan Madya, yaitu             :
Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan,
Gamelan
Baru,  yaitu               : Pengarjaan, Gong kebyar, Pejangeran, Joged Bung-bung

2.3.1          Gamelan tua
2.3.1.1       Gamelan Gambang
             
Gamelan ini yang  sering di
pergunakan pada waktu upacara Pitra Yajna ”ngaben” di Bali. Dan kadangkala di
Daerah-daerah Karangasem gamelan Gambang dapat di pergunakan untuk mengikuti
upacara lainnya.

2.3.1.2       Saron
             
Nama lain dari Gambelan Luang. Yang terdiri satu oktaf di pasang di atas
resonator kayu yang di pukul dengan sebuah panggul seperti saron yang terdapat
Gong Luang. . (Bandem Imade. 1986 : 46).

2.3.1.3       Slonding Besi
             
Gamelan sacral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat di Daerah
Karangasem yaitu di Desa Tenganan Pegringsingsn dan di Desa Bongaya. Kata
Slonding berasal dari kata Salon dan Ning yang berarti tempat suci. Dan dilihat
dari fungsinya bahwa gamelan Slonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan
atau disucikan. (Bandem Imade. 1986: 53). Suara Salonding Sakral sebagai Suara
Pranawa. Gambelan Salonding adalah gamelan Kuno yang paling sakral dalam
melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta Nada,
contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis
Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan
lain-lainnya.  Dalam konteks Desa Adat
Bugbug, Selonding (yang disimpan di dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu
mengiringi prosesi upacara besar di Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu
dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit Juru. Dan Para penabuhnyapun bukanlah
orang  sembarangan. Dan Selonding
merupakan gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini
populer dipakai dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Dan
kebesaran dari Jaman Bali kuno, sampai pada akhir abad XX ini gambelan
Salonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam upacara agama. :
http://forum.isi-dps.ac.id.
             
Bahwa Gamelan Salonding dari masa ke masa, ternyata penggunaannya tidak
pernah lepas dari kegiatan-kegiatan upacara 
keagamaan masyarakat Bali, yang merupakan gamelan yang usianya tua dan
di sakralkan. Karena tidak terdapat di semua Daerah yang ada di Bali, hanya
terdapat di Daerah Karangasem.

2.3.1.4       Gambelan Gong Luwang
             
Gamelan sacral yang di pergunakan untuk mengiringi upacara kematian
(ngaben). Di Bali masih ada beberapa gamelan Luwang yang masih aktif yaitu di
Desa Apuan, Sesah (Singapadhu-Gianyar), Tangkas (Klungkung), Krobokan (Badung),
Kasiut (Tabanan), dan Gelulunga (Sekawati-Gianyar). Bentuk gamelan Luwang sama
dengan gamelan Gong Kebyar, yang hanya terdiri dari 8 atau 9 dari 25-30
instrument gong Kebyar. Dan gamelan Luwang terdiri dari lagu-lagu  (gending-gending), seperti: Ginada, Pandji
Marga, Lilit, Kebo Dungkul, Angklungan dan yang lainnya. (Bandem I Made, 1986 :
34)

2.3.1.5       Gambelan Angklung
             
Gamelan yang tergolong tua dan dipergunakan untuk mengiringi upacara
Ngaben. Nama angklung berasal dari angklung bambu sejenis instrument yang juga
digunakan dalam barungan. Angklung mempunyai 4 bilah dan sekaligus mempunyai 4
nada. Dan ada pula jenis angklung yang mempergunakan 7 nada yang terdapat di
Bali Utara, yang di sebut dengan Gamelan tembang Kirang. Tembang kirang di
samping untuk mengiringi upacara kematian juga di pergunakan untuk mengiringi
tarian-tarian upacara seperti : Rejang dan Baris. (Bandem I Made. 1986 : 1).
Gamelan aklung tergolong gamelan yang tua, dan bisa juga di katakana sacral
karena memiliki fungsi yaitu mengiri upacara Pitra Yajna (ngaben). Dan hampir
semua Daerah di Bali menggunakan gamelan Angklung untuk mengiri upacara
kematian.

2.3.2         Gamelan Madya
2.3.2.1   Gamelan Gambuh
             
Sebuah gamelan untuk mengiringi drama tari Gambuh, dan merupakan sumber
dari beberapa gamelan yang ada di Bali. Seperti nada, gambelan Gambuh masih
terdengar pada gamelan-gamelan lainnya seperti : Smarpagulingan, gamelan
Pelegongan, gamelan Bebarongan, gamelan Pearjaan, gamelan Gong Kebyar dan yang
lainnya. Dan gending-gending pada Gambuh terdiri dari dua komposisi, yaitu
pengawak dan pengecet. Gending-gending Alus di pakai pada pengawak, dan di
ikuti dengan pengecet atau bentuk-bentuknya A dan B. Sedangkan gending-gending
keras di mulai dengan pengecet, pengawak. Dan pengecet atau yang di sebut
dengan bebatuaran pengadeng. (Bandem Imade. 1986:11). Gamelan gambuh ini bisa
digolongkan sebagai hiburan karena di lihat dari fungsinya yaitu : untuk
mengiringi beberapa macam Drama Tari. Karena Drama Tari itu sifatnya hiburan
atau yang biasa di katakana sebagai pertunjukan. Gamelan Gambuh ini juga
memiliki peran yang sangat penting Drama Tari yang sedang dipentaskan. Karena
gamelan Gambuh ini sebagai music pengiring dari cerita, yang memperkuat alur
cerita. Misalnya dalam Drama  Tari
Pengarjaan atau Drama Gong. Apabila yang keluar itu Raja atau Putri, maka
gamelannya akan berbeda dengan yang lainnya. Biasanya lebih lembut. Namun kalau
yang keluar itu adalah Agung Buduh, maka gamelannya pun akan keras.



2.3.2.2  Semarpagulingan
             
Adalah relasi untuk Raja-raja jaman dulu, terletak antara gamelan Gambuh
dan Legong. Semarpagulingan di pakai untuk mengiringi Raja-raja sewaktu di
peraduan yang juga mengiringi tari Legong dan Gandrung yang semula di lakukan
oleh abdi-abdi Raja. Gamelan Semarpagulingan memakai laras pelog 7 nada,
terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemero. (Bandem Imade. 1986:52).
               
Kesamaan unsur-unsur gamelan 
pegambuhan dengan gamelan 
Semarpagulingan yang paling menonjol adalah kesamaan ini secara
otomatis  menyangkut sebagian besar unsur
musikal terutama unsur lagu , pola melodi dan ritme, dinamika juga pola
permainan instrumen-instrumen pengatur matra dan instrumen-instrumen ritmis.
Kesamaan yang lain adalah penggunaan sebagian besar instrumen ritmis  dan pengatur matra.  Beda penggunaan instrumen dalam gamelan Semarpagulingan
dengan gamelan Pengambuhan hanya terletak pada instrumen-instrumen melodisnya.
Kalau gamelan Pengambuhan menggunakan suling besar, gamelan Semarpagulingan
menggunakan trompong dan keluarga gang ( saron yang digantung) sebagai
instrumen melodis. Rebab yang dalam gamelan Pengambuhan  sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama
suling, dalam gamelan Semarpagulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang
durasi melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan Semarpagulingan
telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang
dimainkan oleh trompong.
             
Trompong dan Gangsa sebagai instrumen melodis dalam gamelan
Smarpagulingan dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar Pengambuhan
berikut dengan ragam patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol (masuk
keluarga gong), yang ditempatkan berjejer mulai dari yang bernada  rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu
pangkon terdiri dari  14-16 moncol satu
nada. Gamelan Smarpagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh nada (
saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong tersebut.
Instrumen –instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti
jegogan, jublag, gangsa pemade, dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya
terdiri dari tujuh bila nada.
             
Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan fungsi terhadap
perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama. Lain
halnya dengan instrumen melodis pada gamelan Smarpagulingan sangat berbeda
dengan instrumen melodis gamelan Pengambuhan, yang ini tentu menyebabkan cara
permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau dalam gamelan Pengambuhan
instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup, dalam gamelan Semarpagulingan
instrumen melodis pokok(trompong) dimainkan dengan cara dipukul dengan sepasang
panggul (alat pemukul) .
              
Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungan kait antara
gamelan Semarpagulingan dengan gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh
deskripsi yang terdapat dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai
berikut:’’nyata gegambelan semar pegulingan ngaran semara aturu, gendingnya
pegambuhan maka gegambelan barong singa’’(Dan itu gamelan semar pegulingan
artinya atau bernama semara aturu, lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari
barong singa). gamelan semar pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan
tari tertentu. Gamelan semar pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik
protokoler pada upacara-upacara adat dan keagamaan selain itu tari barong
singa.
              
Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan
semar pegulingan bukan berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri
musikal. Perbedaan jenis, bentuk, bahan, dan teknik permainan
instrumen-instrumen melodi Semarpagulingan menyebabkan lagu-lagu pegambuhan
menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.
              Gamelan
pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama menganut sistem pelarasan pelog tujuh
nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan (patet).
Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada
gamelan pegambuhan yaitu patet slisir, tembung, sundaren, baro, dan patet
lebeng. Prinsip patet kedua gamelan pada dasarnya sama, yaitu pada nada yang
jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam yaitu lima nada pokok dan dua nada
pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan Semarpagulingan kendatipun
telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga dapat
menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus,
tembung berkarakter keras, dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras.
             
Jadi banyaknya unsur kesamaan antara gamelan Semarpagulingan dan gamelan
Pegambuhan menyebabkan gamelan Semarpagulingan ini juga sering digunakan untuk
mengiringi drama tari Gambuh. Bila dari fungsinya antara Semarpagulingan dengan
Gambuh, yaitu Gamelan yang ditujukan guna mengiri Drama Tari dalam Gamelan
Pegambuhan dan untuk mengiringi Raja-raja dalam 
Smarpagulingan. Makan di antar keduanya memiliki kesamaan dan dapat pula
Smarpagulingan di pakai mengiri Drama Tari, seperti saat  Raja keluar.    http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id.



2.3.2.3       Pelegongan.
                                  Gambelan Pelegongan
yaitu salah barungan gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian
legong keraton. Gamelan ini memakai Panca nada. Dan gamelan ini menyerupai
Smarpagulingan dan Gambuh. Dan adapun gending-gending Pelegongan yang masih
terpelihara, antara lain: Lasem, Pelayon, Candra Kanta, Kuntir, Kuntul, Jobog,
Guak Macok, Legod Bawa, Tangis, Kupu-kupu Tarum, Brahmara, Semarandana, Gedung
Melati, dan lagu-lagu lain seperti Gambangan. 
(Bandem I Made. 1986:15)
            
Kesatuan barungan ini terdiri dari pada jumlah alat-alat yang mempunyai
nama-nama tersendiri dan fungsi terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang
pernah dipakai atau sampai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan
gamelan Pelegongan.
           
Gamelan Pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya kemudian
bentuk-bentuk lagunya yang menunjukkan ciri-ciri keasliannya ,maka dapatlah
diyakinkan bahwa gamelan Pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok
gamelan-gamelan jaman kuno (gamelan tua) di Bali. Gamelan Pelegongan itu baru
ada setelah adanya gamelan semar pegulingan yang berlaras pelog tujuh
nada.         
                   
Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gamelan gong kebyar
menyebabkan gamelan Pelegongan itu terdesak sehingga banyak yang dilebur
dijadikan gamelan gong kebyar. Tari-tarian yang diiringi dengan lagu-lagu gong
kebyar sebagian besar dasar-dasar tariannya diambil dari legong yang suah ada
sebelumnya. http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id.
 
2.3.3             Gamelan Baru
2.3.3.1     Pengarjaan.
             
Gamelan yang di gunakan untuk mengiri Drama Tari Arja. Dimana Gamelan ini
merib dengan Gambuh atau Smarpagulingan. Karena dalam Pengarjaan itu adalah
drama tari yang berisi cerita-cerita 
tentang istana senteris.

2.3.3.2       Gong kebyar.
             
Sebuah barungan yang dipakai untuk mengiringi kebyar dan concert gamelan
semata-mata tergolong music ciptaan baru. Kebyar timbul di singaraja sekitar
tahun 1915, gong kebyar tak lain dari gong gede yang di hilangkan beberapa
instrumennya, diantaranya ialah instrument trompong. Gangsa jongkok yang
berbilah 5 dalam gong gede diubah menjadi gangsa gantung yang memakai 10 bilah.
Cengceng yang terdiri dari 5-6 pangkon dalam gong gede, pada gong kebyar
dipakai 1 pangkon saja. Kendang yang semula dimainkan dengan panggul kini
diganti dengan tangan saja, sehingga berjenis-jenis perbendaharaan bunyi  kendang bisa di timbulkan. Gong kebyar
menggunakan laras pelog 5nada, tetapi tiap-tiap instrument memakai 10-12 bilah.
Bentuk lagu-lagu gong kebyar lebih bebas dari lagu-lagu klasik, kendatipun pada
bagian-bagian tertentu masih di pergunakan hukum-hukum tabuh klasik seperti
tabuh 2, tabuh 3, dan sebagainya.

2.3.3.3       Pejangeran.
             
Gamelan Janger memakai laras Selendro, dengan laras gender wayang yang
di pakai. Sedangkan dari reportoirennya diambil lagu-lagu janger. Dimana
memakai instrumennya menggunakan 2 buah tangguh gender wayang, 2 buah kendang
krumpung, 2 -4 buah suling, 1 buah kajar, 1 buah tawa-tawa, 1 buah kelenang, 1
buah rebana, 1 buah pangkong ceng-ceng. ( Bandem I Made. 1986 : 14 ).  Gamelan golongan Baru yang dipakai untuk
mengiringi tari Janger, adalah sebuah tarian sosial di Bali.

2.3.3.4       Joged Bung-bung.
Gamelan yang tergolong baru, yang di gunakan untuk
mengiringi tarian Joged Bumbung. Suatu tarian sosial di Bali, di mana seorang
penari wanita menjawat seorang penonton untuk di ajak menari di panggung.
Gamelan Joged Bung-bung disebut juga gamelan gerakan
tangan, karena pokok-pokok instrumennya adalah Gerantang, yaitu gender yang
terbuat dari bamboo, berbentuk bung-bung dan memakai laras slendro 5 nada.
Larasnya serupa dengan laras gamelan gender wayang. ( Bandem I Made. 1986 : 5 )


2.4     
Bagian-bagian Gamelan
2.4.1   Ceng-ceng
Cymbala dengan ukuran yang berbeda-beda, seperti
ceng-ceng besar, menengah, dan kecil. Pada gamelan gong Kebyar dan sejenisnya,
ceng-ceng itu ditempelkan pada Resona yang dibuat dari kayu yang biasanya ada 3
sampai 4 pasang. Ceng-ceng berfungsi untuk mengikuti ritme kendang, sebagai
pemurba irama dan mengatur dinamika lagu. (Bandem.1986:7).
2.4.2  Gangsa
Sebutan umum untuk instrument-instrument seperti
gender, giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu
gangsa gantung dan gangsa jongkok (Bandem.1986:17).
2.4.3  Gong
Sebutan umum dari berjenis-jenis gong dalam gamelan. Gong
bentuknya bulat, dengan garis tengah dari 70 sampai 100cm dan dalam gamelan
gong kuna atau gong kebyar ada dua jenis gong yaitu ageng (wadon) dan gong
kecil (lanang). Gong dipergunakan untuk memberi frase akhir dari pada suatu
lagu (Bandem.1986:22).
2.4.4   Kajar
  Gong kecil
yang memakai pencon berfungsi untuk memegang mantra pada gamelan Bali.
2.4.5  Kendang
Sebuah instrumen yang berbentuk bulat panjang dan
memakai pakelit didalamnya. Kendang itu dibuat dari kayu nangka, jati, atau
seseh yang dibungkus dengan kulit pada kedua ujung dan dicencang dengan jangat.
Fungsi kendang dalam gamelan Bali sebagai pemurba irama, mengatur cepat
lambatnya lagu.
2.4.6   Reyong
           
Deretan gong kecil diatas sebuah resonator kayu yang berjumlah 12.
Reyong ini dimainkan oleh 4 orang dalam gamelan gong.
2.4.7   Suling
             
sebuah instrument tiup yang memakai 6 buah lubang nada, dan 1 lubang
pemanis untuk menimbulkan bunyi.
2.4.8    Terompong
             
Deretan gong-gong kecil diatas resonator kayu yang biasa terdiri dari
10-14 buah gong, seperti yang terlihat dalam gamelan gong. Dan terompong
berfungsi membawa lagu.

PENUTUP
3.1    Kesimpulan
          Dari
materi diatas dapat kami simpulkan bahwa, gamelan yang ada di Bali, memiliki
beberapa fungsi diantaranya : sebagai pengiring upacara ke agamaan, mengiri
tarian-tarian yang ada di Bali tarian yang sacral maupaun tarian yang sifatnya
hiburan, dan berfungsi sebagai hiburan karena dapat di tontonkan. Dan gamelan
di Bali juga  dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis yaitu Gamelan Tua, yang terdiri dari: Gamelan Gambang, Saron,
Slonding Besi, Gamelan Gong Luwang, dan Gamelan Angklung. Gamelan Madya yang
terdiri dari : Gamelan Gambuh, Semarpagulingan, dan Pelegongan. Dan Gamelan
Baru, yang  terdiri dari : Pengarjaan,
Gong kebyar, Pejangeran, dan Joged Bung-bung.
3.2 Saran
          Dengan
dibuatnya makalah ini, semoga kita dapat lebih mengenal gamelan-gamelan di Bali
dan dapat terus melestarikan kebudayaan di Indonesia.

                                      














DAFTAR
PUSTAKA

Bandem, I Made. 1986. Gamelan Bali.
Denpasar : Bali Post.
Denpasar : Pendokumentasian Kantor Kebudayaan Provinsi
Bali.
http://forum.isi-dps.ac.id/
http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id/


http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id/



Sekian dulu dari saya, kalau ada pertanyaan silahkan berkomentar pada kolom
komentar yang telah disediakan dengan bahasa yang sopan. Jika membutuhkan filenya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar